Senin, 16 Januari 2012

Media Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Media pendidikan merupakan salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar, pemanfaatan media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru atau fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru atau fasilitator perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar.
            Pada kenyataannya media pendidikan masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang cepat, tidak tersedianya biaya dll. Hal ini sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap guru atau fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan mengenai media pendidikan.
            Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan masyarakat.
            Proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas merupakan salah satu unsur atau subsistem dari sistem pendidikan nasional. Ada beberapa unsur yang saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Unsur-unsur tersebut antara lain, guru, siswa, pengelolaan kelas, metode pengajaran, media pendidikan, kurikulum, sarana dan prasarana dsb. Interaksi yang terjadi antara unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
            Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran adalah motivasi belajar siswa. Dalam kegiatan pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan pembelajaran dan yang memberikan arah pada kegiatan pembelajaran, sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Penggunaan media dalam proses pembelajaran, variasi metode pengajaran, pengelolaan kelas yang efektif, merupakan hal-hal yang bisa dilakukan guru untuk memotivasi siswanya.
            Dalam upaya membangkitkan motivasi belajar, media pembelajaran mempunyai perananan yang besar. Penggunaan media pembelajaran dalam penyajian materi ajar oleh guru, dapat merangsang dan menumbuhkan rasa ingin tahu, rasa ingin memahami dan berhasil yang ada dalam diri siswa. Penggunaan media pembelajaran yang efektif dan bervariasi akan menimbulkan kegairahan belajar siswa sehingga memungkinkan terjadinya interaksi lebih langsung antara siswa dengan lingkungannya. Hal-hal inilah yang akan menimbulkan motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu, dalam makalah ini kami membahas tentang peranan media pendidikan, untuk memberikan motivasi belajar siswa.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang, dapat dirumuskan masalah yaitu:
1.      Apa yang dimaksud dengan Media?
2.      Jelaskan peranan media dalam pendidikan?

C.      Tujuan
Adapun tujuan makalah ini yaitu:
1.      Mengetahui pengertian media
2.      Mengetahui peranan media dalam pendidikan

D.    Manfaat
Manfaat peranan media dalam pendidikan:
1.      Membantu guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar serta memudahkan para siswa mengerjakan tugas.
2.      Meningkatkan mutu pendidikan dan memaksimalkan proses belajar mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Media
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahasa latin medius, yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’ (Arsyad, 2002; Sadiman, dkk., 1990). Oleh karena itu, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media dapat berupa sesuatu bahan (software) dan/atau alat (hardware). Sedangkan menurut Gerlach & Ely (dalam Arsyad, 2002), bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Dalam dunia pendidikan, sering kali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebagai pengganti istilah media pendidikan (pembelajaran). Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1994) bahwa dengan penggunaan alat bantu berupa media komunikasi, hubungan komunikasi akan dapat berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Batasan media seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne (dalam Criticos, 1996; Gagne, et al., 1988), yang secara implisit menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran. Dalam pengertian ini, buku/modul, tape recorder, kaset, video recorder, camera video, televisi, radio, film, slide, foto, gambar, dan komputer adalah merupakan media pembelajaran. Menurut National Education Association -NEA (dalam Sadiman, dkk., 1990), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik yang tercetak maupun audio visual beserta peralatannya.
Menurut Danim, (2008),” Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik”, sedangkan Soeharto, (2003) bahwa media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, pikiran kemampuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri siswa.
Media pendidikan sering juga disebut dengan alat bantu atau media komunikasi (Haikal, 1986). Media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap (Gerlach dan Ely, 2006). Gerlach dan Ely cenderung memberikan pengertian lebih khusus tentang media dalam proses belajar mengajar sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. Menurut Sadiman (2002), media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan sebagai berikut:
a)    Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).
b)   Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
c)    Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik.
d)   Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda.

B.  Peranan  Media dalam Pendidikan
Dalam tahun-tahun belakangan ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Menurut pandangan ini bahwa pengetahuan tidak begitu saja bisa ditransfer oleh guru ke pikiran siswa, tetapi pengetahuan tersebut dikonstruksi di dalam pikiran siswa itu sendiri. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa (teacher centered), tetapi yang lebih diharapkan adalah bahwa pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Dalam kondisi seperti ini, guru atau pengajar lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran. Jadi, siswa atau pembelajar sebaiknya secara aktif berinteraksi dengan sumber belajar, berupa lingkungan. Lingkungan yang dimaksud (menurut Arsyad, 2002) adalah guru itu sendiri, siswa lain, kepala sekolah, petugas perpustakaan, bahan atau materi ajar (berupa buku, modul, selebaran, majalah, rekaman video, atau audio, dan yang sejenis), dan berbagai sumber belajar serta fasilitas (OHP, perekam pita audio dan video, radio, televisi, komputer, perpustakaan, laboratorium, pusat-pusat sumber belajar, termasuk alam sekitar).
Bertitik tolak dari kenyataan tersebut di atas, maka proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan (isi atau materi ajar) dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan (siswa/pebelajar atau mungkin juga guru). Penyampaian pesan ini bisa dilakukan melalui simbul-simbul komunikasi berupa simbul-simbul verbal dan non-verbal atau visual, yang selanjutya ditafsirkan oleh penerima pesan (Criticos, 1996). Adakalanya proses penafsiran tersebut berhasil dan terkadang mengalami kegagalan. Kegagalan ini bisa saja disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya adanya hambatan psikologis (yang menyangkut minat, sikap, kepercayaan, inteligensi, dan pengetahuan), hambatan fisik berupa kelelahan, keterbatasan daya alat indera, dan kondisi kesehatan penerima pesan. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah hambatan kultural (berupa perbedaan adat istiadat, norma-norma sosial, kepercayaan dan nilai-nilai panutan), dan hambatan lingkungan yaitu hambatan yang ditimbulkan oleh situasi dan kondisi keadaan sekitar (Sadiman, dkk., 1990).
Penggunaan media dalam proses pembelajaran tidak selalu berjalan sesuai yang diharapkan. Seringkali kita menemui kendala dan hambatan dalam implementasi penggunaan media pendidikan. Setidaknya ada beberapa masalah yang sering ditemui dilapangan, yaitu ketiadaan media pendidikan di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi,  jumlah media pendidikan yang tersedia tidak mencukupi kebutuhan, ketidakcocokan media pendidikan yang tersedia di sekolah-disekolah dengan kebutuhan materi pembelajaran, kurangnya kompetensi tenaga pendidikan dalam penggunaan media pendidikan, kurangnya kesadaran tenaga kependidikan untuk menggunakan media dalam proses pembelajaran serta kurangnya dukungan dan motivasi pimpinan kepada tenaga kependidikan untuk mau menggunakan media pendidikan.
Untuk mengatasi kemungkinan hambatan-hambatan yang terjadi selama proses penafsiran dan agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, maka sedapat mungkin dalam penyampaian pesan (isi/materi ajar) dibantu dengan menggunakan media pembelajaran. Diharapkan dengan pemanfaatan sumber belajar berupa media pembelajaran, proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung lebih efektif (Gagne, 1985) dan efisien.
Perkembangan ilmu dan teknologi semakin mendorong usaha-usaha ke arah pembaharuan dalam memanfaatkan hasil-hasil teknologi dalam pelaksanaan pembelajaran. Dalam melaksanakan tugasnya, guru (pengajar) diharapkan dapat menggunakan alat atau bahan pendukung proses pembelajaran, dari alat yang sederhana sampai alat yang canggih (sesuai dengan perkembangan dan tuntutan jaman). Bahkan mungkin lebih dari itu, guru diharapkan mampu mengembangkan keterampilan membuat media pembelajarannya sendiri. Oleh karena itu, guru (pengajar) harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994): (i) media sebagai alat komunikasi agar lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; (ii) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan; (iii) hubugan antara metode mengajar dengan media yang digunakan; (iv) nilai atau manfaat media dalam pengajaran; (v) pemilihan dan penggunaan media pembelajaran; (vi) berbagai jenis alat dan teknik media pembelajaran; dan (vii) usaha inovasi dalam pengadaan media pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar sebaiknya diusahakan agar terjadi variasi aktivitas yang melibatkan semua alat indera pebelajar. Semakin banyak alat indera yang terlibat untuk menerima dan mengolah informasi (isi pelajaran), semakin besar kemungkinan isi pelajaran tersebut dapat dimengerti dan dipertahankan dalam ingatan pebelajar. Jadi agar pesan-pesan dalam materi yang disajikan dapat diterima dengan mudah (atau pembelajaran berhasil dengan baik), maka pengajar harus berupaya menampilkan stimulus yang dapat diproses dengan berbagai indera pebelajar. Pengertian stimulus dalam hal ini adalah suatu “perantara” yang menjembatani antara penerima pesan (pebelajar) dan sumber pesan (pengajar) agar terjadi komunikasi yang efektif.
Media pembelajaran merupakan suatu perantara seperti apa yang dimaksud pada pernyataan di atas. Dalam kondisi ini, media yang digunakan memiliki posisi sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran, yaitu alat bantu mengajar bagi guru (teaching aids). Misalnya alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyususn kembali informasi visual atau verbal. Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Sehingga alat bantu yang banyak dan sering digunakan adalah alat bantu visual, seperti gambar, model, objek tertentu, dan alat-alat visual lainnya. Oleh karena dianggap sebagai alat bantu, guru atau orang yang membuat media tersebut kurang memperhatikan aspek disainnya, pengembangan pembelajarannya, dan evaluasinya.
Dengan kemajuan teknologi di berbagai bidang, misalnya dalam teknologi komunikasi dan informasi pada saat ini, media pembelajaran memiliki posisi sentral dalam proses belajar dan bukan semata-mata sebagai alat bantu. Media pembelajaran memainkan peran yang cukup penting untuk mewujudkan kegiatan belajar menjadi lebih efektif dan efisien. Dalam posisi seperti ini, penggunaan media pembelajaran dikaitkan dengan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media, yang mungkin tidak mampu dilakukan oleh guru (atau guru melakukannya kurang efisien). Dengan kehadiran media pembelajaran maka posisi guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi sebagai fasilitator. Bahkan pada saat ini media telah diyakini memiliki posisi sebagai sumber belajar yang menyangkut keseluruhan lingkungan di sekitar pebelajar.
Peranan media dalam pendidikan yang semakin meningkat sering menimbulkan kekhawatiran pada guru. Namun, jika guru memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Untuk itu guru lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan media pendidikan pada orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran, penyampaian pesan dan isi pelajaran. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pendidikan juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya.
Menurut Fathurrohman (2007), salah satu fungsi utama dari penggunaan media pendidikan dalam proses pembelajaran adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Fungsi  media  pendidikan  dalam  proses  pembelajaran  adalah menarik perhatian siswa, membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran, memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, pembelajaran lebih komunikatif dan produktif, waktu pembelajaran bisa dikondisikan, menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar, meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu, melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam dan meningkatkan kadar keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Media dapat di asosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan. Kejelasan dan keruntutan pesan, daya tarik, image yang berubah-ubah, penggunaan efek khusus yang dapat menimbulkan keingintahuan menyebabkan siswa tertawa dan berpikir, yang kesemuanya menunjukkan bahwa media memiliki aspek motivasi dan meningkatkan minat.
Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian dan latihan lebih lanjut.
Media baik secara langsung atau tidak telah mempengaruhi sikap kita dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari pembentukan sikap antisosial, prososial, sampai memperbesar jarak sosial. Perkembangan teknologi komunikasi semata-mata tidak hanya memberikan perubahan yang positif tetapi juga negatif.
Media ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari media adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk pengadaannya. Sebaliknya mempersiapkan media yang dirancang secara khusus untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya diperlukan serangkaian validisasi prototipnya. Kekurangan dari media ialah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media yang dapat sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu:
1.    Media pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, pikiran kemampuan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada diri siswa.
2.    Media pendidikan merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, yang mampu menarik perhatian siswa sehingga termotivasi untuk melakukan proses pembelajaran.
3.    Peranan media pendidikan dalam proses belajar mengajar memiliki pengaruh besar bagi perkembangan proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
B.       Saran
Sebaiknya bagi seorang guru dapat menggunakan media pendidikan dalam proses belajar mengajar sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan dan motivasi belajar menjadi lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
AECT.”The Definition of Educational Technology “,1977. Defenisi Teknologi Pendidikan . Edisi Indonesia CV Rajawali.
Danim. 2008. Konsep Media Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Gerlach dan Ely. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Haikal. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Sadiman. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada




Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak


BAB 1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Salah satunya faktor lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga merupakan aspek yang pertama dan utama dalam mempengaruhi perkembangan anak. Anak lebih banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga, sehingga keluarga mempunyai peran yang banyak dalam membentuk perilaku dan kepribadian anak serta memberi contoh nyata kepada anak. Karena di dalam keluarga, anggota keluarga bertindak seadanya tanpa dibuat-buat.
Dari keluarga inilah baik dan buruknya perilaku dan kepribadian anak terbentuk. Walaupun ada juga faktor lain yang mempengaruhi. Orang tua merupakan contoh yang paling mendasar dalam keluarga. Apabila orang tua berperilaku kasar dalam keluarga, maka anak cenderung akan meniru. Begitu juga sebaliknya, orang tua yang berperilaku baik dalam keluarga, maka anak juga cenderung akan berperilaku baik. 
Selain faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat juga berpengaruh dalam perkembangan anak. Sekolah mempunyai peranan dalam mengembangkan potensi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki anak, menciptakan budi pekerti yang luhur, membangun solidaritas terhadap sesama yang tinggi, serta mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak agar menjadi manusia yang beragama dan beramal kebajikan.
Lingkungan masyarakat mempunyai peranan dalam mengembangkan perilaku dan kepribadian anak. Dalam masyarakat anak bergaul dengan teman sebayanya maupun yang lebih muda atau bahkan yang lebih tua. Dari pergaulan inilah anak akan mengetahui bagaimana orang lain berperilaku dan anak dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat serta anak dapat berpikir dan mencari penyelesaiannya.
Dalam kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak lain. Akibat pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam waktu yang sangat singkat, informasi-informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya dengan mudah diterima oleh masyarakat, sehingga media massa surat kabar, TV,film, radio, majalah, dan lainnya mempunyai peranan penting dalam proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru kepada masyarakat. Di samping itu, media massa juga mentransformasikan simbol-simbol atau lambang tertentu dalam suatu konteks emosional.
Dengan adanya tayangan adegan kekerasan dan adegan-adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai juga telah banyak berperan menyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila di media massa, nyaris setiap hari bisa dibaca terjadinya kasus-kasus perkosaan dan pembunuhan yang menghebohkan karena si pelaku diilhami oleh adegan-adegan porno dan sadis yang pernah ditontonnya di film atau di tayangan yang lain (J. Dwi Narwoko-Bagong Suyanto 2006 : 96).

B.       Masalah
Dari latar belakang diatas muncullah masalah yang akan dibahas yakni :
1.      Bagaimana pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak?
2.      Bagaimana pengaruh media informasi terhadap perkembangan anak?

C.      Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu :
1.      Mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak.
2.      Mengetahui pengaruh media informasi terhadap perkembangan anak.  

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Anak
1.    Lingkungan Keluarga
Keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Predikat ini mengindikasikan betapa esensialnya peran dan pengaruh lingkungan keluarga dalam pembentukan perilaku dan kepribadian anak.
Pandangan yang sangat menghargai posisi dan peran keluarga sebenarnya bukan merupakan sesuatu yang istimewah. Pandangan seperti ini sangat logis dan mudah dipahami karena beberapa alas an berikut ini.
1.      Keluarga lazimnya merupakan, pihak yang paling awal memberikan banyak perlakuan kepada anak. Begitu anak lahir, lazimnya pihak keluargalah yang langsung menyambut dan memberikan layanan interaktif kepada anak.
2.      Sebagian besar waktu anak lazimnya dihabiskan di lingkungan keluarga.
3.      Karakteristik hubungan orang tua-anak berbeda dari hubungan anak dengan pihak-pihak lainnya (guru, teman, dan sebagainya ).
4.      Interaksi kehidupan orang tua-anak di rumah bersifat “asli”, seadanya dan tidak dibuat-buat. 
Peran keluarga lebih banyak memberikan pengaruh dukungan, baik dari dalam penyediaan fasilitas maupun penciptaan suasana belajar yang kondusif. Sebaliknya, dalam hal pembentukan perilaku, sikap dan kebiasaan, penanaman nilai, dan perilaku-perilaku sejenisnya, lingkungan keluarga bisa memberikan pengaruh yang sangat dominant. Di sini lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruh kuat dan sifatnya langsung berkenaan dengan pengembangan aspek-aspek perilaku seperti itu, keluarga dapat berfungsi langsung sebagai lingkungan kehidupan nyata untuk memperaktekkan aspek-aspek perilaku tersebut. Karena itu tidaklah mengherankan kalau Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989 menyatakan secara jelas bahwa keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai-nilai moral, dan keterampilan.
Selanjutnya, Radin menjelaskan 6 kemungkinan cara yang dilakukan orang tua dalam mempengaruhi anak, yakni sebagai berikut ini.
2.       Permodelan perilaku (modeling of behavior). Baik disengaja atau tidak, orang tua dengan sendirinya akan menjadi model bagi anaknya. Imitasi bagi anak tidak hanya yang baik-baik saja yang diterima oleh anak, tetapi sifat-sifat yang jeleknyapun akan dilihat pula.
3.      Memberikan ganjaran dan hukuman (giving rewards and punishments). Orang tua mempengaruhi anaknya dengan cara memberikan ganjaran terhadap perilaku-perilaku yang dilakukan oleh anaknya dan memberikan hukuman terhadap beberapa perilaku lainnya.
4.      Perintah langsung (direct instruction).
5.      Menyatakan peraturan-peraturan (stating rules).
6.      Nalar (reasoning). Pada saat-saat menjengkelkan, orang tua bias mempertanyakan  kapasitas anak untuk bernalar, dan cara itu digunakan orang tua untuk mempengaruhi anaknya.
7.      Menyediakan fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana (providing materials and sttings). Orang tua dapat mempengaruhi perilaku anak dengan mengontrol fasilitas atau bahan-bahan dan adegan suasana.
Perkembangan moral anak akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan keluarganya. Karenaya, keharmonisan keluarga menjadi sesuatu hal mutlak untuk diwujudkan, misalnya suasana rumah. Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama kerap diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari, maka hampir bisa dipastikan hal yang sama juga akan dilakukan anak bersangkutan.
Sebaliknya, anak akan sangat sulit menumbuhkan dan membiasakan berbuat dan bertingkah laku baik manakala di dalam lingkungan keluarga (sebagai ruang sosialasi terdekat, baik fisik maupun psikis) selalu diliputi dengan pertikaian, pertengkaran, ketidakjujuran, kekerasan, baik dalam hubungan sesama anggota keluarga ataupun dengan lingkungan sekitar rumah.
Demikian pula status sosio - ekonomi. Status sosio-ekonomi, dalam banyak kasus menjadi sangat dominan pengaruhnya. Ini sekaligus menjadi latar mengapa anak-anak tersebut memutuskan terjun ke jalanan. Namun selain faktor tersebut (ekonomi), masih ada penyebab lain yang juga akan sangat berpengaruh mengapa anak memutuskan tindakannya itu, yakni peranan lingkungan rumah, khususnya peranan keluarga terhadap perkembangan nilai-nilai moral anak, dapat disingkat sebagai berikut:
  • 1) Tingkah laku orang di dalam (orangtua, saudara-saudara atau orang lain yang tinggal serumah) berlaku sebagai suatu model kelakuan bagi anak melalui peniruan-peniruan yang dapat diamatinya.
  • 2) Melalui pelarangan-pelarangan terhadap perbuatan-perbuatan tidak baik, anjuran-anjuran untuk dilakukan terus terhadap perbuatan-perbuatan yang baik misalnya melalui pujian dan hukuman.
  • 3) Melalui hukuman-hukuman yang diberikan dengan tepat terhadap perbuatan-perbuatan yang kurang baik atau kurang wajar diperlihatkan, si anak menyadari akan kerugian-kerugian atau penderitaan-penderitaan akibat perbuatan-perbuatannya.

a.    Kualitas Hubungan Orang Tua-Anak
Seiring dengan perubahan-perubahan yang dialami anak usia SD, pola dan bentuk hubungan orang tua-anak mengalami perubahan. Perilaku orang tua lazimnya semakin memberi kesempatan kepada anak untuk berbuat secara lebih mandiri.
Pada saat anak memasuki SD, berbagai kemampuan dan keterampilan lebih banyak lagi dikuasai oleh anak. Sekarang anak lazimnya sudah dapat makan, buang air besar, dan berpakaian sendiri. Selain itu, ia juga mulai menampakkan minat-minat dan acara kegiatannya sendiri yang kadang-kadang tidak terikat lagi dengan acara orang tua.
b.      Gaya Pengasuhan Orang Tua Dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak
Gaya pengasuhan orang tua (parenting style) adalah cara-cara orang tua berinteraksi secara umum dengan anaknya, dalam hal ini banyak macam kalsifikasi  yang dapat dilakukan, salah satunya adalah sebagai berikut : otoriter, permisif, dan otoritatif.
c.       Persoalan-persoalan keluarga dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Dinamika kehidupan yang terus berkembang membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu terhadap kehidupan keluarga. Banyaknya tuntutan kehidupan yang menerpa keluarga serta bergesernya nilai-nilai dan pandangan tentang fungsi dan peranan anggota keluarga  menyebabkan terjadinya berbagai perubahan mendasar tentang kehidupan keluarga.
Terlepas dari bentuk dan wujud perubahan-perubahan yang terjadi, pergeseran-pergeseran tersebut membuat semakin kompleksnya permasalahan-permasalahan yang dialami keluarga yang pada gilirannya akan memberikan dampak tertentu terhadap perkembangan anak. Untuk dapat berkembang secara sehat dan sejalan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat, dengan sendirinya anak perlu melakukan penyesuaian. Permasalahan utama keluarga yang lazim dialaminya, yakni masalah orang tua yang bekerja dan perceraian.

2.      Lingkungan Sekolah
Sekolah telah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak. Mereka di sekolah bukan hanya hadir secara fisik, melainkan mengikuti berbagai kegiatan yang telah dirancang dan diprogram sedemikian rupa. Karena itu disamping keluarga, sekolah memiliki peran yang sangat berarti bagi perkembangan anak.
Guru adalah orang-orang yang sudah dididik dan dipersiapkan secara khusus dalam bidang pendidikan. Mereka menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang bisa menjadi stimulus bagi perkembangan anak-anak lengkap dengan penguasaan metodologi pembelajarannya. Dalam konteks perkembangan anak, hal tersebut merupakan salah satu sisi keunggulan guru dari pada orang-orang dewasa lain pada umumnya. Karenanya lazimnya pengalaman interaksi pendidikan dengan guru di sekolah akan lebih bermakna bagi anak dari pada pengalaman interaksi dengan sembarang orang dewasa lainnya. Dengan kata lain, interaksi pendidikan di sekolah tidak hanya berkenaan dengan perkembangan aspek-aspek pribadi lainnya.
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa dilihat dari sisi perkembangan anak, sekolah berfungsi dan bertujuan untuk memfasilitasi proses perkembangan anak, secara menyeluruh sehingga dapat berkembang secara optimal sesuai dengan harapan-harapan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Meskipun tampaknya di sekolah itu sangat dominan dalam perkembangan aspek intelektual dan kognisi  anak, namun sebenarnya sekolah berfungsi dan berperan dalam mengembangkan segenap aspek perilaku termasuk perkembangan aspek-aspek sosial moral dan emosi.
Dijelaskan oleh Bredekamp bahwa sasaran kurikulum sekolah yang tepat itu adalah :
1). Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak dalam semua bidang perkembangan fisik, sosial, emosi dan intelektual guna membangun suatu fundasi untuk belajar sepanjang hayat;
2). Mengembangkan harga diri anak, rasa kompoten dan perasaan-perasaan positif terhadap belajar. Sekolah-sekolah di Indonesia juga tidak terlepas dari fungsi dan peranannya dalam mengembangkan keimanan dan ketakwaan anak sehingga mereka menjadi manusia-manusia yang beragama dan beramal kebajikan.

3.      Lingkungan Masyarakat
Masyarakat tempat anak – anak hidup dan bergaul, dengan orang dewasa yang juga memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka bergaul, melihat orang – orang beperilaku dan menemukan sejumlah aturan dan tuntutan yang seyogjanya dipenuhi oleh yang bersangkutan.
Perkembangan anak, dari lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat dapat mendukung perkembangan anak di keluarga maupun di sekolah, begitupun sebaliknya.

B.       Pengaruh Media Informasi Terhadap Perkembangan Anak
Masyarakat tempat anak-anak hidup dan bergaul dengan anak-anak orang dewasa lainnya juga merupakan lingkungan perkembangan yang memiliki peran dan pengaruh tertentu dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak. Disana mereka bergaul, disana mereka melihat orang-orang berprilaku, disana mereka menemukan sejumlah aturan dan tuntunan yang seyogyanya dipenuhi oleh yang bersangkutan. Pengalaman-pengalaman interaksional anak pada masyarakat ini akan member kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku dan perkembangan pribadi anak.
Namun tidak selamanya budaya-budaya baik yang dikembangkan di rumah dan di sekolah itu sejalan dengan apa yang terjadi di masyarakat. Sementara di rumah dan di sekolah tidak pernah diajarkan untuk mencuri, berkelahi, mengkhianati orang lain dan sebagainya. Misalnya ; tapi di masyarakat semua hal itu terjadi. Kondisi demikian tentunya akan menimbulkan sejumlah pertanyaan, sikap kritis, dan bahkan mungkin kebingungan pada diri anak. Disinilah perlunya ikatan psikologis yang kuat antara keluarga dengan anak sehingga keluarga tetap dipercaya sebagai tempat yang baik untuk membicarakan dan memahami berbagai permasalahan yang terjaadi di masyarakat. Baik tidaknya suatu masyarakat akan tergantung kepada keluarga-keluarga yang membangun masyarakat bersangkutan.  

1.      Pengaruh Negatif Media Informasi
Di era informasi ini, peran media informasi dalam kehidupan sangat dominan. Saat ini, kita dapat menyaksikan betapa berjamurnya TV-TV swasta, parabola, dan internet. Semua ini dapat memberikan pengaruh negative bagi anak – anak, apabila mereka menyaksikan tayangan TV tanpa ada pengawasan dari orang tua. Penggunaan internet juga tidak kalah berbahaya apabila tanpa pengawasan, karena banyaknya informasi – informasi yang tidak layak konsumsi bagi anak-anak.



2.      Pengaruh Positif Media Informasi
Selain pengaruh negative, media informasi juga memberikan pengaruh positif  bagi perkembangan anak, khususnya dalam mengkondisikan anak berburu informasi dan pengetahuan. Saat ini ada jutaan informasi yang dapat diperoleh dengan mudah melalui internet hanya dalam hitungan detik saja. Bahkan, kementrian pendidikan pun telah meluncurkan Buku Sekolah Elektronik yang dapat di download oleh semua pengguna internet. Hal ini tentunya dapat membantu siswa dalam belajar dan mendapatkan buku tambahan selain yang digunakan di sekolah.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak, dapat dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
a.    Lingkungan keluarga
b.    Lingkungan sekolah
c.    Lingkungan masyarakat
2.      Pengaruh media informasi  terhadap perkembangan anak, dapat dipengaruhi oleh 2 faktor, yaitu:
a.       Pengaruh negative
b.      Pengaruh positif

B.     Saran
Dalam perkembangan anak, sangat dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyatrakat serta media informasi. Oleh karena itu perhatian besar dari orang tua sangat diperlukan untuk bekal anak- anak dalam bergaul dengan lingkungan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

______. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap perkembangan Anak. http://blogdetik.com. Diakses pada tanggal 5 Desember 2011, pukul 08:25

Radhy, Muh. Syakir. 2011. Perkembangan Perserta Didik. Parepare